Demak : Pahit Manis Sejarah yang Tak Terekspos
Yacharoo minna-san,
Kerajaan Demak merupakan salah satu kerajaan tertua dan terbesar di Nusantara, khususnya di pulau Jawa. Namun, tahukah kalian bahwa kerajaan ini memiliki berbagai hal-hal unik, bahkan beberapa diantaranya sengaja disembunyikan hingga tidak terekspos para sejarawan ?
Pengenalan Kerajaan Demak
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa yang berdiri pada sekitar perempat akhir abad 15 di Demak, Jawa Tengah. Demak sendiri memiliki pengertian dan asal usul kata yang berbeda, berikut pendapat dari beberapa ahli :
Menurut Poerbatjaraka (seorang budayawan dan ilmuwan Jawa), kata Demak berasal dari bahasa Jawa : “delemak” yang berarti “rawa”.
Menurut Hamka (seorang ulama dan wartawan Indonesia), nama Demak berasal dari bahasa Arab : “dimak” yang berarti “mata air” atau “air mata”
Menurut sejarawan lainnya, Sutjipto Wiryosuparto, nama Demak berasal bahasa Kawi yang berarti “hadiah” atau “pusaka”.
Berdirinya Kerajaan Demak
Terdapat beberapa teori mengenai berdirinya kerajaan Demak.
Sebagian besar referensi sejarah dan cerita tradisional Jawa menceritakan bahwa kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, anak raja terakhir Majapahit (Prabu Brawijaya V) dan seorang puteri raja Tiongkok yang disebut “Putri China”. Kala itu Raden Patah berguru dan menjadi menantu dari Sunan Ampel, kemudian membuka sebuah hutan yang dijadikan pemukiman dengan nama “Bintoro”. Diyakini bahwa pemukiman inilah yang akan menjadi cikal bakal kerajaan Demak.
Versi lain menyebutkan bahwa Kerajaan Demak awalnya adalah kadipaten yang tunduk pada Majapahit. Akhirnya, Kerajaan Demak berhasil lepas dan menjadi kerajaan sendiri setelah mengakhiri pemerintahan Majapahit dengan bantuan Prabu Girindrawardhana dari Kerajaan Kediri.
Selain itu, ada pula versi yang menyebutkan bahwa penguasa Demak awalnya seorang pendatang Muslim asal Tiongkok yang mendarat di Gresik dan menetap di Demak. Seorang sejarawan kontemporer Australia, M.C Ricklefs menuliskan bahwa Kerajaan Demak didirikan Muslim Tionghoa bernama Cek-Ko-po.
Ekspansi dan Ekspedisi Militer
Masa kejayaan Demak dimulai sejak Pati Unus berkuasa, ia memiliki visi dan misi yang besar bahwa beliau ingin menjadikan Demak sebagai kerajaan maritim yang besar dan berkuasa. Semasa Pati Unus berkuasa, ia beberapa kali menyerang armada Portugis di Malaka akibat merasa terancam.
Sepeninggal Pati
Unus, Pate Rodim atau Sultan Trenggana,
memperluas kekuasaan dan penyebaran Islam hingga ke Jawa Timur dan Jawa Tengah,
menandai puncak dari era kejayaan Demak. Di masa ini, Demak merebut Sunda
Kelapa dari Padjajaran dan menghalau tentara Portugis di sana (1527). Demak
juga melakukan ekspansi militer serta menaklukkan berbagai wilayah seperti
Pasundan (1528-1540), Tuban (1527), Madura (1528), Madiun (1529), Surabaya
& Pasuruan (1527-1529), Kediri (1529), Malang (1529-1545), Blambangan
(1529-1546). Ia meninggal pada tahun 1546 ketika sedang mencba untuk
menaklukkan kota Pasuruan.
NB : Setelah penaklukkan yang dilakukan oleh Sultan Trenggana, nama Sunda
Kelapa berganti menjadi Jayakarta (kemenangan yang sempurna). Jayakarta kelak
akan berganti nama menjadi Batavia, dan akhirnya menjadi Jakarta, ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemunduran dan Kehancuran
Hanya dalam kurun waktu singkat setelah Sultan Trenggana meninggal, kerajaan Demak mengalami perpecahan akibat perebutan kekuasaan yang ada. Arya Penangsang -putera Pangeran Surowiyoto- membunuh Sunan Prawata -putera Sultan Trenggana- dan Pangeran Kalinyamat. Hal ini menyebabkan Adipati Hadiwijaya atau Joko Tingkir memberontak pada 1556, mengakhiri riwayat kerajaan Demak, menjadikannya vassal dari kerajaan yang ia dirikan, Kesultanan Pajang.
Catatan
Perkembangan Kerajaan Demak
Semasa berdiri, Kerajaan Demak mencatat beberapa perkembangan yang cukup progressif. Diantaranya:
Ekonomi : Kerajaan Demak menjadi daerah penghubung dengan kegiatan ekspor-impor yang berjalan dengan lancar. Mayoritas komoditas yang dihasilkan oleh kerajaan Demak berpusat pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan seperti beras, madu, lilin, dan lain lain.
Agama : Pemerintahan dalam Kerajaan Demak menggunakan hukum Islam tanpa meninggalkan tradisi dan norma yang sudah lama ada. Kerajaan Demak juga menjadi pusat penyebaran agama Islam di Pulau Jawa akibat lokasi nya yang strategis dan juga adanya Walisanga.
Sosial-Budaya : Mayoritas kehidupan sosial dan budaya dari Kerajaan Demak juga bercorak Islam. Mulai dari konstruksi, ukiran, kaligrafi, tarian, tarian dan nyanyian, dsb. Untuk lebih lengkapnya akan dijelaskan di bagian selanjutnya.
Politik : Jika
digambarkan secara sekilas, kehidupan politik di Demak akan kurang lebih
tergambar seperti ini
Keunikan Kerajaan Demak
Hal yang paling unik dari kerajaan ini tak lain tak bukan adalah cerita dibalik berdirinya kerajaan Demak. Bersifat cukup kontroversial sehingga hanya diceritakan secara turun temurun dan jarang terekspos dalam buku & jurnal sejarah
Dikisahkan bahwa Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan dengan tingkat toleransi yang tinggi. Raja terakhir Majapahit -Prabu Brawijaya V- turut berperan dalam kemunculan dan penyebaran Islam di pulau Jawa dengan menyokong pembangunan pemukiman, ashrama, padepokan, masjid, peshantian, bahkan sampai memberi daerah otonomi bagi umat Islam di pulau Jawa (hal ini juga dikarenakan adanya pernikahan antara Prabu Brawijaya V dan puteri Dewi Anarawati asal Champa yang beragama Islam).
Kebaikan hati dan toleransi yang dimiliki Prabu Brawijaya V ini sangat luar biasa, sampai membuatnya “lembek”. Para pembesar Majapahit, Pandhita Shiva, Wiku Buddha yang melihat gelagat tak baik dari penyebaran Islam, memperingatkan Prabu Brawijaya agar berhati-hati dalam mengambil keputusan. Para pejabat daerah mengirimkan surat khusus kepada Prabu Brawijaya dan mengeluhkan tindak laku para pendatang baru ini. Bahkan, kedua punakawan terdekat beliau juga memperingatkan agar beliau berhati hati, tidak gegabah. Namun, bagaikan orang mabuk, tak satupun nasihat ia dengarkan.
Siapa yang menyangka bahwa tindakan yang ia lakukan selama ini justru balik mendatangkan bencana. Terjadi pemberontakan dari salah satu daerah otonom Islam, Demak Bintara, meruntuhkan kerajaan Majapahit. Ironisnya, pemimpin pemberontakan tersebut adalah anaknya sendiri... Raden Patah.
Oke... waktunya kita ganti POV dari Prabu Brawijaya ke Raden Patah
Beberapa minggu kemudian, Raden Patah datang dari Demak untuk melihat langsung kemenangan pasukannya atas Kerajaan Majapahit dan menemukan bahwa Prabu Brawijaya berhasil meloloskan diri. Ia pun segera menyebar pasukan mata-mata untuk melacak keberadaan Prabu Brawijaya dan melanjutkan perjalanannya ke Surabaya untuk mengabarkan kemenangannya kepada istri Sunan Ampel (yang kala itu sudah wafat).
Nyi Ageng Ampel yang mendengarnya pun marah-marah ! Ia menyatakan bahwa Raden Patah melakukan kesalahan besar sekalipun tujuannya adalah penyebaran Islam. Ternyata, sebelum Sunan Ampel meninggal, ia berpesan bahwa orang-orang Islam tidak boleh merebut tahta Majapahit. Dengan ini, Raden Patah melanggar tiga hal : Pertama, merebut kerajaan Majapahit. Kedua, melawan seorang Imam yang sah. Ketiga, durhaka kepada ayah kandungnya yang telah berjasa besar bagi Raden Patah dan orang-orang Islam.
Akhirnya, Raden Patah pun lanjut mencari keberadaan Prabu Brawijaya V, dan mengarah ke dua alternate ending :
Ending 1 : Pasukan Prabu Brawijaya V terdesak hingga ke Gunung Lawu. Ia tidak menerima untuk kembali mengambil tahta Majapahit dan akhirnya, Prabu Brawijaya V pun melakukan moksa.
Ending 2 : Raden Patah menemukan Prabu Brawijaya V sedang dalam perjalanan menuju ke Pulau Bali. Ia pun segera mengutus Sunan Kalijaga kesana untuk mengembalikan tahta Majapahit. Namun, Prabu Brawijaya dan abdinya menolak dan memutuskan untuk menyerahkan tahta tersebut secara baik-baik kepada Demak Bintara. Tak lama kemudian, Prabu Brawijaya pun sakit dan meninggal (luar biasanya, sejak saat itu Sunan Kalijaga senantiasa mendampingi Prabu Brawijaya bahkan hingga akhir hayatnya).
Cerita ini sangat mencengangkan dan terkesan mendiskreditkan Islam sebagai dalang utama hancurnya Kerajaan Majapahit. seolah-olah masyarakat Islam ingin mengislamisasi Majapahit, namun ditolak sehingga dibumihanguskan. Padahal dari sudut pandang penulis sebagai non-muslim, Islam bukanlah kategori agama yang menggunakan kekerasan sebagai metode penyelesaian masalah kecuali beberapa kaum radikal yang isi kepalanya hanyalah Kyan Kyan Byakudann !!! (baca : bom bundir). Yah... pada akhirnya, tidak ada yang tahu kebenaran dibalik runtuhnya Majapahit dan berdirinya Demak, hanya Tuhan yang tahu.
Peninggalan Kerajaan
Demak
1.
Masjid
Agung Demak
2.
Makam dari Sunan Kalijaga, salah satu dari Walisanga yang berperan penting dalam penyebaran Islam di pulau Jawa. Keberadaan makam ini menjadi bukti bahwa waktu itu Sunan berpengaruh besar untuk Demak. Kedudukan Sunan Kalijaga waktu itu sendiri sama seperti seorang kepala daerah yang menguasai beberapa desa dan berwewenang untuk mengaturnya. Saat ini, area pemakaman Sunan Kalijaga sering didatangi peziarah baik itu untuk mendoakan belian ataupun bersholawat
3. Agama Islam -> Pesatnya perkembangan agama Islam di Jawa tak terlepas dari fakta bahwa Kerajaan Demak berperan penting dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa pada masanya.
4. Pertunjukan
Demak memiliki beberapa acara
perayaan, yaitu : Grebeg Besar Demak, Uler-Uler, Megengan, dan Pesta Sedekah
Laut.Salah satu yang
paling terkenal adalah Grebeg Besar Demak, dilakukan setahun sekali pada bulan
Zulhijah (bulan ke-12 dalam penanggalan Hijriyah) di Masjid Agung Demak.
5. Kuliner
Demak memiliki
berbagai kuliner khas yang lezat dengan harga terjangkau. Baik itu makanan
berat, makanan ringan, minuman, dll... Contohnya adalah Nasi
Kropokhan yang diyakini menjadi makanan para raja Demak yang berbahan dasar
kerbau. Ada juga Nasi Brongkos yang biasa menjadi menu sarapan, Botok Telur
Asin, Sop Balungan, Nasi Ndoreng, Asem-Asem Demak, Wedang Pekak, Belimbing
Demak, Kerupuk Catak, Wingko Salem, dan Kue Rangin.
Sekian dan
terimakasih.
Penulis : @kenn_desu
Daftar Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Demak
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/05/180000969/perkembangan-politik-kerajaan-demak
Komentar
Posting Komentar